Saturday, June 2, 2018

Should I die?

‘If I love you? What will you do?’

                Hm… Hari ini aku melihatnya lagi. Melihatnya sedang memandang penuh arti pada SoHee. Kadang bibirnya membentuk lengkungan indah saat yeoja itu. Matanya seolah berkata dengan tegas ‘dia segalaku!’
Dan hanya dengan hal sekecil itu, dia mengguncang hatiku.
Aku, yang selalu ada di sampingnya, menigkutinya kemana-mana, dan terkadang aku juga menerima caciannya hanya karena hal-hal kecil, tidak pernah satu kalipun melihat wajah lengkungan di bibirnya. Dia… tidak pernah sekalipun tersenyum untukku. Sampai kapan aku harus mengikutinya seperti orang bodoh?.
                “Yak! Kim Heechul! Kenapa kau tidak mendekatinya saja dan berbicara dengannya? Dari tadi kau hanya memandangnya dari jauh dan senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh!” Bentakku padanya. Kau tahu? Sebenarnya hatiku berkata: ‘Berhenti menatapnya! Aku muak melihatmu seperti orang bodoh! Kau, bisakah kau melihatku Kim Heechul-sshi?’
                Diluar dugaanku, dia sama sekali tidak membentakku. Biasanya dia selalu membentakku jika aku memanggilnya tanpa embel-embel ‘oppa’.  Padahal dengan potongan rambut seperti ini, dia jauh lebih pantas dipanggil eonni. Dia menghela nafas panjang, lalu berbicara padaku tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. It’s impolite!. Tapi hal yang membuatku sakit bukan karena ketidak sopanannya itu, tapi tatapannya yang membuatku ingin menamparnya!
                “Haaah… Eun Chan~a, jika aku mendekatinya, lidahku kelu mendadak. Tanganku juga bergetar. Dan sangat memalukan jika dia mendengar detak jantungku yang menggila.” Dia menghela nafas lagi, lalu tersenyum. Benar-benar bodoh! “Aku akan terlihat jauh lebih  bodoh  daripada sekarang ini jika ada di dekatnya.”
Rasanya? Sakit tentu saja. Mendengar orang yang kau cintai setengah mati mengucapkan segelintir kalimat laknat seperti itu. Tapi pernahkah kau merasakan sakit yang menyayat jantungmu, tapi kau tidak bisa menangis untuk melampiaskannya? Itulah yang sekarang aku rasakan.
Mau tidak mau aku juga ikut-ikutan menghela nafas panjang.
                “Kim Heechul sshi…kau, benar-benar mencintainya ‘kan?”
Dia tersenyum, lalu menjawab “Tentu saja!” dengan tegas. Tak ada sedikitpun nada kebohongan di dalamnya. Aku hanya tersenyum mendengarnya.Bukan karena aku terhibur, tapi ini caraku untuk mentertawakan diri sendiri, menyembunyikan luka kasat mata.
Aku mengambil tasku, lalu berdiri di di depannya. Menghalangi pemandangan ‘indahnya’.
                “Yak! Kenapa kau berdiri di situ?” Dia membentakku. Dia marah padaku karena aku menghambat ‘hobi’ yang paling disenanginya, tentu saja.
                “Kim Heechul, If I love you, what would you do? And what should I do?” Kataku sambil menatap lekat-lekat manik matanya, lalu meninggalkannya dalam kebingungan. Atau… kaget mungkin?
Aku membawa tasku, lalu berjalan menjauhinya, mendekati mendekati wanita pujaannya.
                “Sohee sshi!”    
                “Ne sunbae!” katanya sambil memperlihatkan eye smile nya yang selalu membuatku iri.
                “Namja itu, hanya bisa melihatmu saja. Aku khawatir dia bisa gila karena terus-terusan menatapmu sambil senyum-senyum bodoh.” Kataku. Dia bingung. Sebelum mulutnya mengatakan ‘nugu?’ aku menggerakkan ekor mataku menuju namja bodoh yang sedang menatapnya. “Kim Heechul. Kau tau ‘kan?” Yah, siapa yang tak kenal Kim Heechul? Dia pasti tahu siapa orang bodoh itu.
Seketika Sohee mengalihkan pandangannya ke arah Heechul. Heechul yang tertangkap basah, hanya bisa mengalihkan matanya sambil bersiul-siul tidak jelas. Benar-benar bodoh.
                “Ya sudah Sohee~a, aku pulang dulu! Annyeong!” Kataku sok ceria. Lalu berjalan menjauhinya. Menyelamatkan jiwaku tepatnya.
Should I die to kill this stupid feeling?