Friday, January 13, 2012

Can't I love you?

Cast:
Jang Wooyoung 2PM
Choi Ha Ni (OC)
Jung Yunho TVXQ

Ha Ni POV

Aku berubah karena kau. Wooyoung sshi.
Aku menjadi sesosok yeoja bodoh yang bahkan tidak bisa menjawab pertnyaan diriku sendiri: ‘kenapa aku mencintaimu?’. Ah, ani. Mencintai- yang bahkan aku hampir muntah karena menyebutkan kata laknat ini- terlalu dangkal untuk mendeskripsikan perasaanku padanya. Biar aku cari kata yang lebih tepat.
Menggilai?
Nah, mungkin itu lebih cocok.
Seorang Choi Ha Ni menggilai manusia bernama Jang Wooyoung hingga logikanya  tidak berfungsi.
Aku benci mengakuinya, tapi hati 100% mengambil alih diriku dalam hal menjijikan ini.

Author POV
*I miss You in a Heartbeat*
               
Senja jingga mulai tampak, tapi yeoja ini masih tetap sibuk dengan batang kayu panjangnya, menggoreskan sebuah nama yang berhasil merubah hidupnya dari lima tahun lalu.
“WOOYOUNG!!! KAU MENYEBALKAN!!!!!”
Nafasnya tersengal setelah berteriak. Air mata menetes dari pelupuk matanya, yang mungkin jika dihitung manual, sudah ribuan kali ia meneteskannya.
Di hamparan pasir itu, tertulis nama Jang Wooyoung. Lalu nama itu terlahap ombak pantai dan menghilang begitu saja. Dan yeoja ini, selalu berharap nama itu menghilang sama mudahnya seperti ombak tadi melahap nama itu. Tapi sialnya, nama itu masih saja bertahta di tempat tertinggi di hatinya, nyaris tidak mungkin hilang. Ini fakta yang terlalu menjijikan untuk diakui.

Even the time passes, I can’t forget you
How long do I still need to cry? (Oh no~)
I still love you now…
****
‘Eun Chan manis ya?’

Eh?

Kenapa dia bilang Eun Chan manis? Dan err…. Kenapa perasaanku jadi tak nyaman seperti ini?

‘Ya ya… Eun Chan manis!’ jawabku asal. Aish! Kenapa kalimat yang tak seberapa itu jadi terasa sangat memuakkan untukku?

Tapi kalo dipikir-pikir, penampilanku memang tak ada manis-manisnya, meskipun Eun Chan dan eomma kadang bilang aku manis, tapi kenyataannya wajahku memang jauh dari kata manis atau feminim.
Rok yang aku punya hanya rok sekolah, kebanyakan celana jeans T.T

Sampai saat ini, peralatan kosmetik yang aku gunakan hanya bedak bayi, pelembab dan lip balm. Aku bahkan baru tau gunanya eye liner, blush on, dan apalah itu namanya, setelah tahun lalu eomma menghadiahkanku sekotak kosmetik -yang baru aku sentuh kemarin-.  Menurutku, hal seperti itu merepotkan!!

***

Sebentar lagi sahabatku itu – Jang Wooyoung- ulang tahun.

Kau tahu? Eomma dan Eun Chan memblokir seluruh isi dapur setelah aku bilang pada mereka, kalo aku ingin membuatkan kue brownies untuk hadiah ulang tahun Wooyoung. Mereka tidak mau Wooyoung mati keracunan karena brownies yang aku buat. Kata Eun Chan, browniesku itu sangat manjur untuk menggantikan racun tikus. Dan Hari itu Eun Chan sangat beruntung. Karena jika moodku jelek, mungkin aku akan mengkukusnya!

“Eonniya…jika kau sayang pada sahabatmu itu, hentikan niatmu yang bodoh ini! Aku tidak mau tanggung jawab jika Wooyoung oppa mendadak kena ayan besok!” Katanya lagi sambil terus membereskan alat-alat masak.

Menyebalkan!!

***

“Lihat! Aku suka yang ini…”
“Aku suka yang ini!”
“Waah beruntung sekal jika kita punya yeojachingu seperti mereka…”

Pagi ini, aku dan Eun Chan masuk kelas. Kami mendapati sekelompok namja berkumpul di sudut ruangan kelas sambil melihat-lihat sebuah majalah. Tak perlu aku sebutkan majalah apa itu, karena aku yakin kau pasti tahu. Tapi yang aneh, kenapa ada Wooyoung di tengah-tengah mereka? Yang aku tahu, dia…bukan tipe namja seperti itu. Yang aku tahu, dia lebih senang duduk di samping jendela, memandangi pemandangan diluar, dengan earphone hitam yang bertengger di telinganya. Dia…tidak terlalu suka berkumpul berkelompok seperti itu…


“Eonni, waeyo?”
“Ah, ani… aku hanya, aneh saja…” Kataku sambil menunjukkan pandanganku pada Wooyoung.
“Oh… wajarlah eonni… namanya juga namja normal!”

Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata Eun Chan. Namja normal ya? Ah iya… dia kan namja normal juga…tapi tetap saja! Aissh!! >

Dan ternyata, aku sama sekali tidak mengenalmu Jang Wooyoung.

***

Latihan basket hari ini cukup melelahkan! Tapi tetap saja seongsanim menyebalkan itu masih menyuruhku mengangkut benda bulat, jingga, garis-garis sialan ini ke gudang. Ck!

Tanpa sengaja kakiku melewati ruangan club musik. Tedengar dentingan piano dan suara namja yang indah…sangat merdu. Jika kau ada dalam posisiku saat ini, mungkin kau akan langsung jatuh cinta ada suara itu. Tidak dipungkiri akupun begitu. Tidak belebihan jika aku beranggapan bahwa suara ini suara terindah yang pernah aku dengar.
Seakan ada yang menarikku, langkah kakiku mendekati pintu club music yang setengah terbuka. Untuk sepersekian detik, kakiku mematung, mataku sama sekali tidak bisa berkedip. Ahahaha… ini mimpi ‘kan?

Ini, terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Kenyataan yang ada di depan mataku.

Jang Wooyoung, lelaki yang aku anggap sahabatku –dan sebenarnya aku selalu beharap bahwa gelar itu akan berubah-menyanyikan lagu itu sambil memainkan jemarinya di atas tuts piano. Aku menikmati nyanyiannya untuk beberapa saat hingga tatapan kami bertemu. Dan seketika alunan lagu itupun berhenti. Tatapan itu, membuat satu detik menjadi terasa sangat panjang. Lalu satu detik kemudian, dia tersenyum.

Yak! Jang Wooyoung! Kau mau membuatku mati konyol hanya karena senyumanmu itu hah?!

Dari dulu, senyuman itu mempesonaku, tidak peduli aku menatapnya ribuan kali dalam sehari, tetap saja aku menyukainya. Sangat!

“Bagaimana penampilanku? Menurutmu, apa aku akan lulus audisi Ha Ni~a?”

Audisi eh?

Ok, dia membuatku bisu beberapa detik. Otakku masih belum bisa mencerna kata-katanya tadi. Audisi? Audisi ya…Apa dia ingin menjadi trainer dan menjalani hidup seperti di neraka selama beberapa tahun?

“Audisi?”

“Iya,audisi! Aku akan mengikuti audisi JYP entertainment besok. Bagaimana penampilanku? Baguskah?”

“Hmm… bagus!. Tapi aku tidak pernah tau kalo kau akan mengikuti audisi seperti itu youngie~a?”

Yeah, sepanjang aku mengenalnya, yang kau tahu hanya dia pintar memainkan piano. Just it. Aku tidak pernah menyangka kalo dia memiliki suara yang..ehm, mempesona mungkin?

“Kau orang kedua yang mendengar suaraku Ha Ni~a, biasanya aku konser tunggal di WC setiap pagi, nyaris satu album!. Hanya ibuku yang bisa mendengar suaraku dari luar! Hahahaha…”

Dan ini hal kedua yang baru aku tahu darimu, Jang Wooyoung. Aku kira aku tahu banyak hal tentangmu, tapi nyatanya aku tidak tahu apa-apa.

***

Seperti yang ku perkirakan sebelumnya, dia lulus audisi itu dengan mudah. Dan dia akan menjalani masa trainee yang sering dijuluki dengan masa ‘neraka’ para calon bintang. Bintang yang harus tersenyum di depan kamera, tak peduli dia sedang bahagia atau tidak, dunia yang penuh dengan kepura-puraan, menebar senyum dimanapun kamera menangkapnya, seperti pajangan. Yeah, pajangan. Menurutku mereka bagaikan pajangan show room yang harus ada dalam keadaan sempurna. Tidak peduli didalamnya mereka hancur atau rapuh.
Dunia yang egois.

Pajangan show room, atau…

‘Budak yang dibayar mahal’ istilah kasarnya.

***

“Ahjumma, kapan Wooyoung pulang?”

“Aku tidak tau, anak itu jarang pulang ke rumah! Akhir-akhir ini dia seperti robot! Kau tahu? Dia hanya tidur 10 jam seminggu! Aku mendukungnya menjadi penyanyi, tapi tidak seperti ini! Ck! Anak itu!”

Aku diam mendengarkan ahjumma sambil mengiris wortel. Aku memang selalu main ke rumah Wooyoung dan sesekali membantu ahjumma memasak. Bukan memasak dalam arti sebenarnya, aku hanya mengiris wortel dan bawang saja. Aku belum berani menyentuh panci atau kompornya. Aku tidak mau dapur Jang ahjumma hancur karena tanganku

Dulu, sebelum dia menjadi trainee, hampir setiap hari aku melihatnya di rumah. Melihatnya duduk manis di depan layar tv , dengan tangan yang sibuk bergelut dengan tombol stik playstation. Aku rindu suaranya yang kecewa saat game over, dan teriakannya jika dia memenangkan gamenya.

Aku rindu padanya.

***

Profesinya itu membuat hubungan kami menjadi renggang. Bahkan sudah enam bulan ini dia sama sekali tidak mengabariku!. Aku hanya mendapat kabarnya dari ahjumma Jang sekali-sekali. Aku mencoba mengerti, mengerti kesibukanya yang diluar nalar manusia ,setidaknya menurutku.

Syuting Dream High, show disini, show disana, perform disini, perform disana… cih!

Aku saja yang hanya mengetahui deretan kegiatannya sudah muak, apalagi dia? Heran!

Tidak aneh jika banyak public figure yang mengakhiri hidup mereka dengan cara terbodoh di dunia.

Tapi, aku harap jangan sampai dia menirunya!

***

(News/Video) Wooyoung dan IU Pacaran beneran?!
‘Wooyoung dan IU juga pamer kemesraan sebagai ‘Milky Couple’. IU menyanyikan ‘Someday’. Wooyoung tampil surprise dan menghadiahinya permen.’

Milky couple?

Ya ya ya… aku tahu mereka sangat serasi, sama-sama berbakat, popular, memiliki suara yang sama-sama bagus, tapi bukannya kagum, aku malah muak mendengarnya.

Jealous eh?

Bisa bayangkan oleh kalian, bagaimana rasanya mencintai seseorang selama bertahun tahun, dan sekarang dia malah menggilai yeoja lain? Sakit pastinya.

Aku akan bahagia kalau kau bahagia

Kalimat paling BOHONG yang pernah aku dengar.

Nyatanya, saat kau -Wooyoung- bahagia dengannya, aku sakit.

Seingatku, Wooyoung tidak pernah melakukan hal yang istimewa padaku, semuanya biasa, bahkan aku pernah lihat wajahnya yang kucel karena tidak mandi seharian. Tidak jarang juga dia menoyorkan kepalaku saat belajar matematika dulu. Apa yang membuatku jatuh cinta padanya? Kenapa aku mencontaimu?

***

Untuk kesekian kalinya aku membaca berita lagi tentangnya.

Si bodoh itu, bahkan mengikuti gadis impiannya sampai-sampai dia menyamar jadi fans?
Bodoh sekali!!

Tapi, aku juga bodoh karena mencintainya.

Cinta itu memang berpotensi besar membuat orang jenius menjadi bodoh!

Berulang ulang aku memikirkan ‘kenapa’ dan jawabannya adalah: karena.

Karena itu kau. Bukan orang lain.

Semakin lama aku malah semakin muak diam di depan notebook. Berita yang ada di dalamnya yang membuatku hipertensi. Haah…

TLEK!

Dan akhirnya aku menutup layar notebookku dengan kasar.

Aku benci ini. Aku membencimu karena sudah –secara tidak sengaja- membuatku seperti ini. Dan aku membenci gadis itu karena membuatmu buta. Buta dan akhirnya tidak bisa menatapku sama sekali!.

Aku membencinya. Sangat. Padahal mengenalnyapun aku tidak!

Kenapa aku menggiaimu? Hingga logikaku nyaris tidak berfungsi karena hal ini. Hal yang memuakkan ini.

***

“Ha Ni~a, pulang bersamaku?”

Aku tersenyum dan mengangguk padanya. Seperti biasa, aku menerima ajakannya mengantarku pulang setiap hari. Jangan kau kira namja yang sedang bersamaku ini mahluk bernama Jang Wooyoung. Aku sudah menangisinya untuk terakhir kali, meneriaki namanya di pantai, menggoreskan namanya di hamparan pasir pantai seperti drama-drama menjijikan yang sering ku tonton. Tapi naasnya, kebodohaku yang menjijikan itu dilihat jelas oleh namja satu ini: Jung Yunho.

Aku memutuskan untuk menghilang dari kehidupan Wooyoung setelah aku mendapat e-mail laknat ini:

Annyeong Ha Ni~a, lama tak bertemu!!! Neomu neomu bogoshipda!!
Ha Ni!! Ada kabar gembiraaaa!! Hohoho~
               
Bisa dibilang hari ini adalah hari bersejarah dan paling membahagiakan untukku! Kenapa? Soalnya kemarin aku melamar Ji Eun, aku menghadap orang tuanya, dank au tahu? Rasanya jauh lebih gugup daripada pertama kali naik panggung! Tapi usahaku ga sia-sia, tadi sore dia menerima lamaranku!
Dan sepertinya aku tidak perlu menceritakan usahaku yang memalukan untuk mendapatkan hatinya, kau sudah tau dari berita-berita menjijikan di internet bukan?
Yak! Kau ini sahabat terbaikku, jadi kau harus datang di pesta pertunanganku nanti malam. Arachie?


Kata-katanya terdengar halus dan menyenangkan bukan? Tapi dari perspektifku, sekumpulan kalimat ‘menyenangkan’ itu seperti:

Aku sangat senang! Dan malam ini aku akan membunuh hatimu untuk selamanya ChoI Ha Ni sshi

Dan malam itu. Dia resmi membunuh hatiku. Tanpa sisa dengan senyum bahagianya. Cih!

***

Paginya, aku pergi ke pantai, meneriakkan namanya, menggoreskan namanya di atas pasir, menangis sejadi-jadinya. Inilah akhir kisahku setelah lima tahun mencintainya, menggilainya. Ugh..menjijikan!

“WOOYOUNG!!! KAU MENYEBALKAN!!!!!”

Aku mengambil kayu, menggoreskan nama namja yang berhasil membunuh hatiku dengan tawa bahagianya itu di atas pasir. Beberapa detik kemudian, nama itu terlahap ombak. Aku berjongkok, menangis, berharap kesakitan ini akan menguap dengan air mata. Namun ditengah tangisanku, aku tertawa… well, kau bisa bilang ini gila tapi aku benar-benar melakukannya. Menangis sambil tertawa. Menertawakan diriku sekarang yang bodoh dan terlalu menyedihkan ini…

youngie~a…kau jahat.batinku.

Tap.Tap.Tap.

Suara langkah kaki terdengar di belakang, sepertinya akan mendekatiku.
Aku berdiri, mengusap kasar wajahku, dan mendelik ke arah seseorang dibelakangku dengan tatapan mau-apa-kau

Namja itu hanya tersenyum.

 Kameja kotak-kotak merah yang tidak dikancingkan berkibar diterpa angin pantai, dengan singlet hitam didalamnya.
Dia berdiri disampingku, menyelipkan tangannya di saku celananya, tanpa berhenti tersenyum.
Berhenti tersenyum seperti itu. Aku tidak suka kesakitanku dianggap seperti lelucon.

                “Apa? Ada yang lucu?” Kataku dingin.

Dia menghela nafas dan menatap mataku. Intens, meski tidak terlalu dekat.

                “Sudah? Sudah menangisnya? Aku harap ini terakhir kali kau menangis karena namja itu.”

Heh?

                “Ayo ikut aku!” Katanya lagi.

Seperti sihir, aku diam saja saat ia menyeretku, memaksaku naik ke motornya. Diperjalanan, aku hanya diam, terlalu bingung untukku sekarang.

                “Turun! Kita sudah sampai!”

Kami berada di lapangan basket, aku menatapnya, entah dari mana ia mendapatkan bola basket itu.

                “Agasshi! Ayo kita tanding!” Katanya sambil melempar bola jingga itu. Lalu berlari menjauhiku mendekati lapangan.

                “Yak! Aku tidak tahu siapa kau! Dan sekarang tiba-tiba kau mengajakku bertanding basket? Kau gia?!”

                “Aku Jung Yunho! Jung Yunho! Aku tahu namamu Choi Ha Ni! Dan sekarang aku berusaha menghilangkan nama Jang Wooyoung diotakmu yang bodoh itu Choi Ha Ni sshi!”

                “Cih! Memangnya kau siapa? Pangeran berkuda putih hah?”

                “Aku? Aku pangeran bermotor hitam! Jung Yunho!”


END

No comments:

Post a Comment